Description
Sebelum restorasi Meiji di Jepang dan tumbangnya Dinasti Qing di China, dua peristiwa yang mengubah wajah Asia, pembaruan radikal di bidang militer sudah dimulai di Jawa pada tahun 1908, saat Hindia Belanda ikut dikuasai Perancis. Ketika itu Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte memerintahkan dibentuknya Legiun Mangkunegaran, pasukan Praja Mangkunegaran di Surakarta, dengan mencontoh Grand Armee, tentara Perancis, angkatan bersenjata paling digdaya di dunia kala itu. Legiun Mangkunegaran kemudian juga berkembang menjadi tentara paling profesional dan modern di Asia. Di zaman pra-Indonesia merdeka, Legiun Mangkunegaran pernah terlibat dalam banyak perang yang ikut menentukan perjalanan sejarah negeri ini. Dalam Perang Diponegoro (1825-1830) ia menjadi penjaga Yogyakarta dan Surakarta dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro dan kemudian menghancurkan benteng terakhir Diponegoro. Legiun Mangkunegaran juga menjadi bagian penting pasukan Gubernur Jenderal Janssens dalam pertempuran melawan pasukan Royal Marines (Inggris) di Jatingaleh, Semarang (1811).
Tentara Jawa ini turut berperang menundukkan Kesultanan Aceh (1873), menumpas bajak laut di Bangka (1919-1920), melawan gerakan radikal keagamaan, hingga perang melawan serbuan Jepang ke Jawa pada 1942. Buku yang mengurai rinci berbagai peristiwa sejarah yang belum banyak dibicarakan, khususnya yang terkait dengan keberadaan Legiun Mangkunegaran, satuan militer yang menjadi mata rantai terlupakan dalam sejarah modernisasi dan reformasi militer Indonesia. Ditulis wartawan Kompas Iwan Santosa dengan gaya bahasa populer yang mudah dicerna.
Catatan sejarah penting digoreskan Legiun Mangkunegaran pada masa Perang Diponegoro (Perang Jawa), 1825-1830, yang dalam arus utama sejarah Republik Indonesia di sebut sebagai perlawanan Pangeran Diponegoro. Letnan Kolonel H.F. Aukes membahas jalannya perang ini dalam uraian sepanjang lebih dari 150 halaman dalam buku Het Legion van Mangkoe Nagoro. Ia mencatat, peran paling aktif Legiun Mangkunegaran terjadi ketika pemberontakan Diponegoro menyulut seluruh Jawa Tengah dalam bara api peperangan.- Sebagai pusat kekuasaan yang muncul dari perang gerilya selama belasan tahun, Praja Mangkunegaran memiliki tradisi militer yang sangat kuat. Setelah memasuki masa damai, perayaan-perayaan besar digelar untuk memperingati kesatuan-kesatuan militernya. Beragam kegiatan, seperti kompetisi menunggang kuda, serta pertunjukan teater dan tari-tarian,menggambarkan kejayaan pasukan Mangkunegaran di medan laga.
Reviews
There are no reviews yet.