Description
Bagi saya, Bapak Jakob Oetama adalah pribadi yang sungguh beriman, bukan sekadar beragama. Iman itu beliau ungkapkan dalam kata-kata kunci yang sering beliau ucapkan, “syukur tiada akhir”, “providentia Dei” (penyelenggaraan Ilahi). Iman inilah yang saya yakin bagi beliau menjadi inspirasi yang tidak pernah kering. Iman tidak cukup diungkapkan, tetapi harus diwujudkan. Untuk mewujudkan iman, diperlukan mediasi. Pencarian mediasi ini bermuara pada didirikannya harian Kompas yang umum diakui sebagai harian yang mempunyai watak jurnalisme khas, yaitu jurnalisme makna. Dengan watak itu, harian Kompas—dan semua anak dan cucu perusahannya—diharapkan sungguh dapat menjadi kompas dan hati nurani rakyat. Buah yang diharapkan adalah transformasi sosial yang wujudnya adalah kemanusiaan yang semakin bermartabat dan keindonesiaan yang semakin mengarah kepada cita-cita kemerdekaan.
Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia
Pak Jakob adalah sahabat bicara yang memikat dan menyenangkan dengan pengetahuanyang luas dan radius pergaulan yang nyaris tanpa batas serta tanpa sekatsekat apa pun. Dalam bacaan saya, Pak Jakob telah lolos dalam mengatasi pergumulan intensif secara intelektual dan spiritual dalam tempo lama, dan mungkin, harus melintasi jalan terjal dan tikungan berbahaya. Tentu, saya berharap akan ada di antara anak-anak didiknya yang mau menempuh jalan berliku yang terjal ini, demi mengokohkan pilarpilar kebangsaan dan kemanusiaan yang masih saja dirusak oleh mereka yang berpikiran sempit dan wawasan terbatas. Tanpa hadirnya manusia penaka ini, rasanya kebangsaan dan kemanusiaan kita akan selalu saja dihadapkan kepada jalan buntu yang menyesakkan napas.
Ahmad Syafi’i Maarif
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila,
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1998-2005)
Reviews
There are no reviews yet.