Description
 Pengalaman akan manipulasi, kekuasaan menindas, menghardik kebebasan saat itu, kini setelah 20 tahun perjalanan reformasi, nyatanya manipulasi, penindasan, dan menghardik kebebasan itu seakan bermetamorfosis dalam rupa kebohongan (hoaks), narasi kebencian, fitnah, politik identitas, kampanye SARA, dan lain-lain. Padahal filosofi Konstitusi yang mendasari proseduralisme dan substansialisme demokrasi seharusnya berdiri di atas fondasi kejujuran, kebenaran, inklusivitas, integritas diri, keberagaman, kemajemukan, dan toleransi sebagai pendorong dan motivasi mewujudkan Keadaban Mendemokrasi.
Refleksi-refleksi di dalam buku ini ibarat tamparan keras bagi kita semua serta sekaligus menyadarkan kita bahwa saat ini, sadar atau tidak, kita telah mengembangkan “budaya” yang berlawanan dengan Pancasila. Kebohongan adalah anti-kebenaran, anti-nilai etis-moral, dan musuh dari nilai-nilai luhur kemanusiaan. Tak ada pilihan selain upaya politis yang masif agar bangsa ini kembali kepada kebenaran, kembali kepada Pancasila. Dalam pengalaman etis-moral jika seseorang manusia melakukan hal yang bertentangan dengan tuntutan etis-moral, maka dia menjadi “takut” dan “tidak bebas”. Sebaliknya jika seseorang melakukan kebenaran, maka ketakutan dan kehilangan kebebasan, terusir jauh. |
Reviews
There are no reviews yet.