Kearifan di Masa Pagebluk
Rp129.000
Lebih dari satu tahun berlalu, saat kontak fisik dan hubungan sosial terbatasi, saat semua sektor kehidupan bergerak ke arah virtual, dan laju pertumbuhan ekonomi dunia tertahan, akan seperti apa wajah dunia dan relasi antarmanusia saat wabah ini berlalu? Dalam 61 karya yang disarikan dari 145 tulisan pada periode September 2018-Agustus 2020 di laman triaskun.id, Trias Kuncahyono mengingatkan fakta sejarah bahwa krisis besar membawa konsekuensi besar. Senada dengan spirit dari tulisan-tulisannya, ia selalu menggarisbawahi bahwa senantiasa ada pelajaran yang bisa dipetik dari setiap peristiwa. Meski mayoritas negara di dunia menutup diri atau membatasi lalu lintas manusia untuk menekan penyebaran virus, pada akhirnya kerja sama internasional menjadi keniscayaan. Pandemi ini bukanlah masalah satu negara saja, Covid-19 bukan wabah pertama yang melanda peradaban manusia. Sejarah mencatat setidaknya tiga wabah besar sebelumnya, pertama, dimulai dari Wabah Justinian pada pertengahan abad ke-6 (541-542) dan bertahan lebih dari dua abad. Kedua, Black Death yang terjadi pada abad ke-14 (1347-1351), yang menewaskan sekitar seperenam penduduk dunia. Wabah ketiga dikenal sebagai Flu Spanyol pada awal abad ke-20 (1918-1920), dan menyebabkan puluhan juta orang tewas. Serangan wabah itu tak hanya menyebabkan hilangnya korban jiwa dalam jumlah besar. Secara langsung maupun tak langsung, wabah ini memicu perubahan pada kehidupan sosial, politik, ekonomi, hingga tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Lalu bagaimana dengan pandemi Covid-19 yang kini masih berlangsung, dan ke arah mana dunia akan menuju?enuntut negara-negara untuk bekerja sama lebih erat guna mencari solusi global.
Weight | 0,4 kg |
---|---|
Dimensions | 21 × 14 × 3 cm |
Penulis | |
Penerbit | Penerbit Buku Kompas |
Tahun terbit | |
Halaman | 464 halaman |
Genre | Social Sciences |
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.