Mattulada
Rp125.000
Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin khususnya, pernah memiliki sosok seorang ilmuwan yang sangat dikagumi. Dia menjadi sumber mata air pengetahuan bagi banyak pembelajar. Dia menjadi sumur informasi bagi banyak media dan tambang inspirasi dan motivasi bagi generasi. Pemikirannya sangat cemerlang. Itulah Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada. Pria kelahiran Bulukumba, 15 November 1928 ini meninggal di Makassar, 12 Oktober 2000. Hidupnya penuh warna. Setelah menjadi siswa SMP Nasional, dia bergabung sebagai pejuang, anggota Permesta, tentara, polisi, guru, dosen hingga guru besar. Jabatannya pun bervariasi, dari Direktur Pusat Penelitian, Ketua Dewan Kesenian Makassar (DKM), sampai Rektor Universitas Tadulako Palu. Dia mengakui, pernah berada pada saat yang sangat menegangkan. Pada akhir 1946, dia ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Bulukumba. Mengerikan dan menegangkan sebab sering petugas datang malam-malam membawa pergi seorang tawanan dan tak pernah kembali lagi. “Seandainya, Kepala Polisi Sulawesi Selatan La Tippa tidak kebetulan berkunjung ke penjara Bulukumba, 7 Januari 1947, barangkali kita tak kenal lagi Mattulada, seorang pemikir dari Ujungpandang. Dan seandainya ‘kebetulan’ tadi tak terjadi, mungkin nama Mattulada akan ikut tercatat dalam daftar panjang 40.000 pejuang dan rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban pembantaian Westerling. Nasib saya memang sedang ‘baik’ waktu itu.”
Weight | 0,4 kg |
---|---|
Dimensions | 23 × 15 × 2 cm |
Penulis | |
Penerbit | Penerbit Buku Kompas |
Tahun terbit | |
Halaman | 192 halaman |
Genre | Social Sciences |
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.