Qahar Mudzakkar Detik-detik Terakhir
Original price was: Rp75.000.Rp25.000Current price is: Rp25.000.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu rapat di Stadion Ikada Jakarta pada 19 Desember 1945 Abdul Qahar Mudzakkar yang ketika kecil bernama La Domeng, muncul pertama kali di panggung sejarah sebagai salah seorang pengawal Presiden Soekarno. Dalam buku kenangannya, yang berjudul Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta didesak oleh rakyat agar berpidato. Qahar memegang sebilah golok menghadapi kepungan Tentara Jepang yang bersenjatakan bayonet. Tidak ada seorang pun yang sanggup berdiri di depan Bung Karno dan Bung Hatta untuk melepaskan keduanya dari tentara Jepang kecuali dia.
Bermodalkan 800 orang narapidana dari Nusa Kambangan, Qahar membentuk Divisi Pengawal Bung Karno yang kemudian menjadi inti Tentara Nasional Indonesia Persiapan Sulawesi. Atas perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman, Qahar membentuk TNI Persiapan Sulawesi pada tanggal 24 Maret 1946. Kekecewaan Qahar muncul karena anggota divisi yang dibentuknya itu tidak diakui sebagai tentara reguler yang segera dibentuk.
Pada tanggal 22 Juni 1950, Qahar masuk hutan bersama sejumlah pengikutnya dan memproklamasikan Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII). Pemerintah pusat mengerahkan sejumlah pasukan untuk membekuk Qahar hidup atau mati. Pasukan Siliwangi berhasil menamatkan perlawanan Qahar ketika dia tertembak pada pagi hari 3 Februari 1965, bertepatan dengan 1 Syawal 1384 Hijriah. Meskipun pemerintah dalam berbagai buku dan publikasi menjelaskan Qahar sudah tewas, namun hingga kini masih banyak penduduk Sulawesi Selatan menganggap dia tidak pernah mati.
Weight | 0,4 kg |
---|---|
Dimensions | 21 × 14 × 2 cm |
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.