Populisme Islam di Indonesia DAN BAGAIMANA MEDIA MEMBERITAKANNYA
Rp139.000
Buku original
Ukuran buku : 15cm x 23cm
Halaman : 304
Penulis : USMAN KANSONG
Genre : SOCIAL SCIENCE
Di Indonesia, agensi politik lebih leluasa menggunakan suasana politik demokratis yang memungkinkan mereka melakukan tindakan populisme Islam atau politik identitas untuk memenuhi hasrat berkuasa kelompok mereka. Kelompok-kelompok populis justru memanfatkan demokrasi untuk melancarkan politik identitas atau populisme agama. Karena demokrasi memberi ruang kepada kelompok, termasuk kaum populis, untuk menonjolkan identitas mereka, agensi politik hendaknya bisa mengelola politik identitas atau populisme agar politik identitas dan populisme itu tidak menciptakan polarisasi sosial. Agensi populisme Islam tentu mencoba menarik perhatian agensi media untuk memberitakannya. Di sisi lain, agensi media tentu saja memberitakan peristiwa politik Pilkada DKI 2017 dengan populisme Islam-nya.
Buku ini memaparkan riset menyeluruh mengenai pemberitaan populisme Islam di Pilkada DKI yang menghasilkan tiga kategori media, yakni media antipopulisme Islam, media propopulisme Islam, dan media pragmatis terhadap populisme Islam. Perbedaan langgam pemberitaan semacam ini dimungkinkan karena adanya kebebasan pers di era Reformasi yang lebih demokratis; bila tidak ada kebebasan pers mungkin yang terjadi ialah keseragaman, bukan perbedaan dan keragaman pemberitaan.
USMAN KANSONG menyelesaikan program Master Sosiologi (2005) dan Doktoral Ilmu Komunikasi (2022) di Universitas Indonesia.
Selain menulis beberapa buku terkait media dan jurnalisme, penulis pernah menjadi Manajer Peliputan Metro TV, Direktur Pemberitaan Harian Media Indonesia, serta Ketua Dewan Redaksi Media Group.
Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik di Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Buku original
Ukuran buku : 15cm x 23cm
Halaman : 304
Penulis : USMAN KANSONG
Genre : SOCIAL SCIENCE
Di Indonesia, agensi politik lebih leluasa menggunakan suasana politik demokratis yang
memungkinkan mereka melakukan tindakan populisme Islam atau politik identitas untuk
memenuhi hasrat berkuasa kelompok mereka. Kelompok-kelompok populis justru memanfatkan demokrasi untuk melancarkan politik identitas atau populisme agama. Karena demokrasi memberi ruang kepada kelompok, termasuk kaum populis, untuk menonjolkan identitas mereka, agensi politik hendaknya bisa mengelola politik identitas atau populisme agar
politik identitas dan populisme itu tidak menciptakan polarisasi sosial. Agensi populisme
Islam tentu mencoba menarik perhatian agensi media untuk memberitakannya. Di sisi lain, agensi media tentu saja memberitakan peristiwa politik Pilkada DKI 2017 dengan
populisme Islam-nya.
Buku ini memaparkan riset menyeluruh mengenai pemberitaan populisme Islam di Pilkada DKI yang menghasilkan tiga kategori media, yakni media antipopulisme Islam, media propopulisme Islam, dan media pragmatis terhadap populisme Islam. Perbedaan langgam pemberitaan semacam ini dimungkinkan karena adanya kebebasan pers di era Reformasi yang
lebih demokratis; bila tidak ada kebebasan pers mungkin yang terjadi ialah keseragaman, bukan perbedaan dan keragaman pemberitaan.
USMAN KANSONG menyelesaikan program Master Sosiologi (2005) dan Doktoral Ilmu
Komunikasi (2022) di Universitas Indonesia.
Selain menulis beberapa buku terkait media dan jurnalisme, penulis pernah menjadi
Manajer Peliputan Metro TV, Direktur Pemberitaan Harian Media Indonesia, serta Ketua
Dewan Redaksi Media Group.
Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik di
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Weight | 0,4 kg |
---|---|
Dimensions | 15,0 × 2,0 × 23,0 cm |
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.